Pengertian Multimedia dan Pembelajaran Jurusan Multimedia di SMK
Kategori dalam multimedia terdapat 2 macam, yaitu Multimedia Communication dan Multimedia Content Production. Pengertian dari Multimedia Communication adalah penggunaan media yang memiliki fungsi mempublikasikan informasi. Dalam kategori ini media yang digunakan adalah TV, Radio, Film, Game, Musik, Entertaiment, Tutorial, Internet, dan Media Cetak. Dengan adanya multimedia communication ini akan mempermudah penggua dalam menyampaikan dan mendapatkan informasi. Selanjutnya Multimedia Content Production adalah penggunaan beberapa media yang berbeda seperti Teks, Animasi, Audio, Video, gambar (grafik) yang dipadukan untuk mengasilkan produk multimedia seperti musik, game, film, entertainment, dll. Dalam kategori multimedia content production menggunakan media sebagai berikut :
1.Media tulisan (Teks)
2.Media Suara (Audio)
3.Media Video
4.Media Gambar (Grafik)
5.Media Animasi
6.Media Efek Khusus (Special Effect)
7.Media Interaktif (Interactivity)
Multimedia ini tak akan jauh dari seni dan imajinasi kita. Menurut Hofstetter (2001) Multimedia terdiri dari 5 unsur, yaitu :
1.Teks, merupakan unsur dasar untuk meyampaikan informasi. Dalam penempatan teks pun tidak sembarangan. Harus teliti mampu menemukan kunci empatik konsumen dengan imajinasi kita. Atau biasa dipelajari dalam materi Tipografi.
2.Gambar (Grafik), merupakan informasi yang tidak dijelaskan dengan kata-kata. Kadangkala ketika kita di berkendara di jalan raya melihat baligo besar berisi informasi hanya dengan melihat gambar saja tanpa membaca kata-katanya kita sudah dapat menyimpulkan isi dari baligo tersebut.
3.Audio, merupakan unsur yang bisa berupa percakapan, music atau efek suara. Multimedia tanpa audio akan terasa hambar seperti sayur tanpa garam. Hehehe … Format dasar audio ini biasanya WAVE dan MIDI.
4.Video, merupakan unsur yang membuat suatu informasi tampak terasa hidup dan lebih jelas. Tentu diiringi dengan audionya.
5.Animasi, merupakan simulasi gerakan yang dihasilkan dengan menampilkan beberapa frame ke layer.
Dalam jurusan multimedia ini kita akan mempelajari hal – hal berikut :
Dasar-dasar multimedia
-Pengenalan dan Perakitan PC
-Etimologi Multimedia
-Fotografi dan Teknik Pengambilan Gambar
-Belajar Animasi Dasar
-Alir Produksi Multimedia
-Pengelolaan Web
-Desain Animasi
-Video Shooting
-Audio dan Video Editing
-Menggambar Clean-up dan Sisip
-Perawatan peralatan multimedia
-Proposal pembuatan produk
-Seni Grafis dan Gambar 2D
-Stop Motion
-Efek Khusus
-Pembuatan Story Board
-Instalasi Sistem Operasi Dasar
-Final Project (Proyek Akhir pembuatan produk multimedia)
FOTOGRAFI
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital di mana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
Fotografi saat ini telah berkembang menjadi sebuah gaya hidup, hal ini dimulai semenjak munculnya era digital dan berkembangnya sosial media.
TIPS FOTOGRAFI
1.Untuk melatih kemampuan panning anda, potretlah benda yang sedang bergerak dengan kecepatan normal (orang naik motor misalnya), gunakan mode shutter priority dan set shutter speed maksimal 1/30 detik, lebih lambat lebih baik. Perhatikan background anda!
2.Untuk memotret makro (jarak super dekat), aktifkan fitur Live View kamera digital anda agar lebih mudah memeriksa depht of field dan fokus.
3.Filter CPL (polarisasi) sangat berguna untuk menghilangkan pantulan sinar matahari di air dan kaca, dan juga berfungsi memperbaiki warna langit. Pernahkah anda mengenakan kacamata hitam dengan polariser?
4.Saat memotret bayi/anak-anak, pastikan anda memusatkan perhatian ke mata. Tak ada yang bisa mengalahkan keindahan mata anak-anak.
5.Megapiksel bukanlah fitur terpenting dari sebuah kamera, ukuran sensorlah fitur yang paling penting
6.Untuk foto portait (wajah) di luar ruangan, usahakan ketika cuaca sedang mendung. Kalaupun tidak, carilah daerah yang redup dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sinar matahari membuat bayangan yang keras di wajah.
7.Ketika anda memotret di kondisi minim cahaya dan kesusahan menggunakan autofokus, gantilah dengan manual fokus. Fitur autofokus dikamera biasanya cukup lama mencari titik fokus di kondisi remang-remang.
8.Untuk foto siluet, pastikan anda matikan flash serta gunakan mode sunset (untuk kamera pocket), untuk SLR gunakan mode manual dan ukurlah eksposur di area terang di belakang obyek.
9.Download-lah buku manual versi pdf untuk kamera anda, sehingga anda mudah melakukan pencarian secara cepat untuk kata yang ingin anda ketahui dibanding harus membolak-balik halaman kertas.
10.Sebelum berangkat memotret, periksa kembali setting kamera anda, jangan sampai anda mneggunakan setting yang salah (memotret landscape dengan ISO 1000 misalnya). Menurut para fotografer pro, urutan pengecekan yang baik adalah berikut: cek White Balance – aktifkan fitur Highlight warning – cek settingan ISO – cek ukuran Resolusi foto anda.
11.Formatlah memory card hanya di kamera, jangan pernah memformat memory card dikomputer. Selain jauh lebih cepat dan mudah juga jauh lebih aman jika anda melakukannya di kamera.
12.Jika anda memiliki kapasitas hard disk berlebih di komputer serta suka melakukan foto editing, gunakan format RAW saat memotret, jika tidak cukup gunakan JPG.
13.Jika anda benar-benar menyukai fotografi landscape, fotolah di jam-jam berikut: dari jam 5 sampai jam 8 pagi, serta dari jam 4 sampai jam 7 sore.
14.Ketika memotret, lihatlah area paling terang yang masuk ke viewfinder anda. Kalau terangnya terlalu mencolok dibanding area lain, gantilah sudut pemotretan.
Untuk memotret HDR, gunakan mode auto bracket. Satu lagi: untuk foto HDR landscape yang dahsyat, tunggulah sampai muncul mendung sedikit, lalu mulailah memotret.
15.Jika anda membeli lensa atau kamera bekas, pastikan anda melakukan transaksi dengan bertemu penjualnya secara langsung. Anda harus menguji barangnya, memegang dan mencobanya
16.Sepanjang memungkinkan, gunakan settingan ISO serendah mungkin. Meskipun noise reduction bisa mengurangi noise yang dihasilkan oleh ISO yang tinggi, namun akan mengurangi detail foto secara keseluruhan.
17.Kalau warna membuat foto anda terlalu “sibuk” dan ramai, ubahlah foto anda menjadi foto hitam putih
Untuk menghasilkan foto hitam putih yang bagus, perhatikan kontras dalam foto anda. Semakin banyak kontras (area gelap dan terang yang beragam), semakin bagus foto hitam putih anda.
18.Bawalah kamera kemanapun anda pergi, cara paling cepat meningkatkan kemampuan fotografi anda adalah dengan memperbanyak jam terbang, tidak ada yang lebih baik.
TUTORIAL MEMBUAT KARIKATUR
KARIKATUR
Karikatur adalah gambar atau penggambaran suatu objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut.[1] Kata karikatur berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebih-lebihkan.[2][3] Karikatur menggambarkan subjek yang dikenal dan umumnya dimaksudkan untuk menimbulkan kelucuan bagi pihak yang mengenal subjek tersebut.[4][5] Karikatur dibedakan dari kartun karena karikatur tidak membentuk cerita sebagaimana kartun, namun karikatur dapat menjadi unsur dalam kartun, misalnya dalam kartun editorial.[1][4] Orang yang membuat karikatur disebut sebagai karikaturis.
Karikatur sebagaimana yang dikenal sekarang berasal dari Italia abad ke-16. Pada abad ke-18, karikatur telah menjangkau masyarakat luas melalui media cetak dan, terutama di Inggris, telah menjadi sarana kritik sosial dan politis.[6] Pada abad berikutnya, berbagai majalah satire menjadi media utama karikatur; peran yang kemudian dilanjutkan oleh surat kabar harian pada abad ke-20.[4] Selain sebagai bentuk seni dan hiburan, karikatur juga telah digunakan dalam bidang psikologi untuk meneliti bagaimana manusia mengenali wajah.
Asal-usul karikatur
Walaupun gambar satire—seperti gambar hewan yang bertingkah laku seperti manusia—sudah ditemukan setidaknya sejak zaman Mesir Kuno,[7] popularitas seni karikatur berasal dari Italia abad Renaisans.[3] Pada mulanya, karikatur dibuat sebagai lelucon iseng oleh para seniman di studio, seperti Leonardo da Vinci dan Carracci bersaudara—Agostino dan Annibale serta Lodovico sepupu mereka,[8] untuk menghibur dirinya sendiri atau kawan-kawannya dengan menggambar patron ataupun subjek lukisannya secara berlebihan. Carracci bersaudara diyakini sebagai seniman-seniman pertama yang terkenal akan karikatur mereka,[3] dan Annibale diyakini sebagai orang pertama yang menggunakan istilah ritrattini carichi (potret yang dilebih-lebihkan).[9] Selanjutnya, Pier Leone Ghezzi menekuni seni ini dan membangun kariernya dengan lebih dari 2.000 karya karikatur orang kebanyakan maupun tokoh terkenal. Karikatur-karikatur tersebut tidak dipublikasikan ataupun disebarluaskan, namun menjadi hiburan di kalangan elite. Setelah menyebar di Italia pada abad ke-16, karikatur sebagai langgam visual baru menyebar ke pers popular Eropa lebih dari seabad kemudian.[3]
Abad ke-18 dan awal abad ke-19
Karikatur sebagai bentuk seni lukis baru berkembang di Inggris setelah penerbitan sejumlah karya Ghezzi dan seniman Italia lainnya pada tahun 1744. Contoh karikaturis Inggris yang popular pada abad ke-18 adalah James Gillray, Thomas Rowlandson, dan George Cruikshank yang menggabungkan unsur karikatur dengan kartun menjadi kartun satire. Namun, pada tahun 1830-an karya-karya mereka sudah kurang popular di Inggris dan kemudian diekspor ke Prancis dalam mingguan La Caricature dan kemudian harian Le Charivari yang sangat sukses, keduanya dipimpin oleh Charles Philipon.[9] Dua terbitan Charles Philipon tersebut membuat Prancis menjadi pusat baru perkarikaturan. Sejumlah karikaturis terbaik pada zaman itu dipekerjakan oleh Philipon; Paul Gavarni, J.J. Grandville, dan terutama Honoré Daumier, yang dianggap sebagai salah satu seniman paling terampil dalam sejarah karikatur.[9] Baik Philipon maupun Daumier pernah ditahan akibat karikatur mereka di kedua terbitan tersebut yang meng-kritik pemerintahan raja Prancis saat itu, Louis-Philippe. Pada salah satu sidang pengadilannya, Philipon menggambar potret Raja Louis-Philippe yang bermetamorfosis menjadi buah pir dan menyatakan pembelaan bahwa ada banyak hal yang mirip satu sama lain di alam sehingga tidak boleh ada pembatasan atas kreativitas seniman.[10] Daumier sendiri pertama kali diadili karena Gargantua, kartun karyanya yang meng-karikaturkan Louis-Philippe sebagai raksasa yang memakan uang rakyat.[11]
Karikaturisme kemudian menyebar ke media lain, yaitu patung, dimulai dari patung-patung karikatur karya Jean-Pierre Dantan.[2][12] Gaya patung Dantan ini sangat mempengaruhi para seniman karikatur, sehingga mereka pun menciptakan patung-patung kepala penyanyi, penulis, pemusik dunia terkenal dan banyak aktor terkenal dari Comédie-Française. Bentuknya mungil dan menjadi sangat diminati, dipakai sebagai hiasan ujung tongkat, pegangan kayu, topeng, dan alat permainan lainnya.[2]
Akhir abad ke-19
Pada tahun 1868 di London, Thomas Gibson Bowles mulai menerbitkan Vanity Fair, majalah 'politik, sosial, dan kesusastraan' yang kemudian terkenal karena memuat karikatur berwarna yang menggambarkan politisi, tokoh sastra, raja atau ratu dari luar negeri, ilmuwan, olahragawan, dan tokoh-tokoh terkenal lain.[13][14] Sebagian besar karikatur tersebut digambar oleh Carlo Pellegrini—kartunis Italia yang menggunakan nama samaran "Singe" (bahasa Prancis untuk monyet) dan "Ape" (bahasa Inggris untuk kera) untuk mencerminkan pekerjaannya, yaitu menirukan subjeknya dengan tidak sempurna (to ape, dalam bahasa Inggris)[15]—dan Leslie Ward ("Spy"), walaupun banyak seniman lain juga berkarya untuk majalah tersebut. Setiap karikatur tersebut diberi komentar yang mengolok-olok oleh Bowles dan editor-editor selanjutnya yang menggunakan nama samaran "Jehu Junior". Majalah ini disebut sebagai yang paling banyak dibaca oleh para pejabat dan orang kaya Inggris dibandingkan dengan mingguan lainnya.[14]
Karikatur Vanity Fair tersebut memengaruhi Joseph Keppler, imigran Austria yang menerbitkan majalah Puck di New York, Amerika Serikat. Mulai terbit dalam bahasa Jerman pada tahun 1876 dan kemudian bahasa Inggris setengah tahun kemudian, majalah ini juga memuat karikatur tokoh-tokoh terkenal yang disebut puckograph.[16][17] Kesuksesan Puck mengilhami penerbit lain untuk menirunya, dan segera saja surat kabar-surat kabar dan terbitan tetap lainnya mulai secara rutin memuat karikatur.[18]
Sementara itu, kartun editorial Thomas Nast yang sering berisi karikatur William M. Tweed, seorang politikus New York yang korup, dimuat di majalah Harper's Weekly dan turut berperan menggulingkan kekuasaan politikus tersebut. Setelah Tweed melarikan diri dari Amerika Serikat karena tuduhan kriminalitas, seorang polisi di Vigo, Spanyol, berhasil mengenalinya berkat kartun-kartun Nast tersebut.[19]
Awal abad ke-20
Pada awal dekade ke-2 abad ke-20, Marius de Zayas, seorang karikaturis Meksiko yang hijrah ke New York, mengembangkan gaya seni lukis yang ia sebut karikatur abstrak. Selama berkarya di Meksiko maupun pada tahun-tahun pertamanya di New York, de Zayas menggunakan gaya yang realistik dan representasional.[20] Namun, sewaktu mengunjungi Paris selama hampir setahun penuh dan setelah bertemu Picasso dengan gaya kubismenya, de Zayas mengungkapkan ketidakpuasannya atas metode karikatur tradisional.[21] Sekembalinya ke Amerika Serikat pada tahun 1911, de Zayas mulai mengeksplorasi gaya barunya yang memadukan bentuk-bentuk geometris datar simetris dan persamaan-persamaan matematika. Dengan gaya karikaturnya itu, de Zayas disebut "menjembatani kesenjangan antara karikatur pesohor populer dalam media komersial dengan keprihatinan dunia seni avant-garde untuk menemukan cara inovatif menggambarkan manusia tanpa kemiripan tersurat".[22]
Seusai Perang Dunia I, popularitas karikatur berkembang secara dramatis di Amerika Serikat seiring dengan perkembangan film, fotografi, dan majalah yang membuat wajah para pesohor dari bintang film sampai atlet dan politisi dengan mudah dikenali oleh umum.[23] Karikatur teatris menjadi genre tersendiri dalam seni populer masa tersebut, dimulai oleh Al Frueh yang menerbitkan Stage Folk, kumpulan karikaturnya yang bergaya Art Deco, pada tahun 1922.[24][25] Pada tahun yang sama, Ralph Barton juga terkenal sebagai karikaturis teatris setelah menghiasi tirai teater pada salah satu pertunjukan di Broadway dengan 139 karikatur bintang teater, kritikus drama, dan orang-orang ternama dari masyarakat kelas atas New York.[23] Miguel Covarrubias, yang berasal dari Meksiko, menyusul dengan karyanya di berbagai surat kabar dan majalah serta buku kumpulan karikatur pertamanya yang terbit pada tahun 1925, The Prince of Wales and Other Famous Americans. Alex Gard yang berimigrasi dari Rusia juga mengkhususkan diri menggambar tokoh-tokoh teater, terutama lebih dari 700 karyanya yang terpampang di dinding restoran "Sardi's" di New York yang digambar dengan imbalan makan gratis di restoran tersebut sejak tahun 1927 hingga kematiannya tahun 1948.[26] Namun, Al Hirschfeld adalah seniman yang dianggap sebagai tetua semua karikaturis teatris.[18]
Karikatur teatris Hirschfeld mulai dimuat di sejumlah surat kabar di New York setelah karikatur aktor Prancis Sacha Guitry karyanya, yang semula ia gambar pada salah satu pertunjukan teater Guitry dan membuat seorang wartawan terkesan hingga menyarankan Hirschfeld untuk menjualnya, dimuat di halaman depan surat kabar New York Herald Tribune pada tahun 1926.[23][27] Akan tetapi, gaya khas karikatur kaligrafis linear Hirschfeld baru berkembang setelah ia mengunjungi Bali pada tahun 1932 atas undangan Covarrubias.[28][29] Ia mengaku terkesan dengan wayang kulit Jawa dan dipengaruhi oleh gaya seniman ukiyo-e Jepang seperti Harunobu, Utamaro, dan Hokusai,[30] maupun oleh Covarrubias.[18] Sepanjang kariernya, ia membuat karikatur hampir semua tokoh penting teater Amerika Serikat,[27] dan orang yang sudah dibuat karikaturnya oleh Hirschfeld menjadi dianggap tokoh sukses. Karyanya tampil pada hampir semua terbitan ternama selama sembilan dekade, termasuk hampir tujuh puluh lima tahun pada harian The New York Times, serta banyak poster, buku, dan sampul rekaman, hingga kematiannya pada tahun 2003.[31]
Akhir abad ke-20
Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, karikatur politik mengalami "kelahiran kembali" dalam masa yang oleh Steven Heller, direktur seni senior The New York Times, disebut sebagai "periode paling vital dalam perkarikaturan abad ke-20".[32] Hal-hal seperti Perang Vietnam, skandal Watergate, kebudayaan pemuda, feminisme, dan hak-hak sipil menjadi sasaran karikaturis dan kartunis politik pada masa ini yang dipelopori oleh David Levine, Edward Sorel, dan Robert Grossman dari Amerika Serikat serta Ralph Steadman dan Gerald Scarfe dari Inggris. Karya mereka tampil di majalah-majalah seperti The New York Review of Books, New York, dan Esquire maupun media protes lainnya.
David Levine beberapa kali disebut sebagai karikaturis terhebat pada masanya.[33][34][35] Karyanya tampil sebagai ilustrasi artikel pada majalah The New York Review of Books mulai tahun 1963 hingga 44 tahun kemudian, dan lebih dari 6.000 karikatur penulis, artis, dan politisi yang digambarnya dengan pena dan tinta dimuat di berbagai terbitan prestisius seperti Time, Esquire, dan The New Yorker.[36] Untuk membuat karikatur pada The New York Review of Books, Levine menelaah terlebih dahulu buram artikel yang akan diberi ilustrasi, bersama dengan foto tokoh yang oleh majalah tersebut diminta dibuat karikaturnya. The New York Times mendeskripsikan karikatur Levine sebagai "berkepala besar, berekspresi murung, menyelisik secara tajam, dan hampir tidak pernah memuji"[34] Salah satu karyanya yang terkenal ialah karikatur Presiden Amerika Serikat Lyndon Johnson yang sedang menunjukkan bekas luka operasi yang digambarkan Levine berbentuk seperti peta Vietnam.[35]
Pada tahun 1980-an, acara televisi Inggris Spitting Image yang menampilkan karikatur dalam bentuk boneka mengolok-olok politisi dan para pemimpin partai pada era Margaret Thatcher.[37] Program yang ditayangkan tahun 1984–1996 ini dimotori oleh Roger Law dan Peter Fluck yang pada tahun 1970-an sudah membuat karikatur untuk The Sunday Times Magazine, The New York Times, dan sejumlah majalah internasional. Spitting Image mulanya dikritik karena karikaturnya dianggap bersifat ofensif, terutama karikaturnya atas keluarga kerajaan Inggris, namun kemudian menjadi sukses besar. Sesudah itu, acara ini ditiru di berbagai negara, dari Amerika Serikat hingga Iran.[38]
Berikut Cara Membuat Karikatur
Klik disini untuk melihat facebook:https://m.facebook.com/profile.php?refsrc=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2F&refid=9&_rdr#_=_
Thanks Guys :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar